Dulu Unhas memiliki beberapa program diploma bagi mahasiswanya. Lalu, apa saja program diploma itu?
D2 Perpustakaan
Program diploma selama dua tahun untuk Jurusan Perpustakaan pernah ada di Unhas. Pembukaan Prodi ini dilakukan di Gedung Pertemuan Alumni (GPA) Unhas. Berdasarkan data bundel identitas tahun 1992, program ini berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Awalnya, pimpinan Unhas kala itu diamanahkan untuk mendirikan prodi yang terbilang langka pada zamannya ini. Hanya ada tiga di Indonesia, Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga dan Universitas Padjajaran. Pemerintah membuka program tersebut bekerjasama dengan Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi (P2T) Bantuan Luar Negeri (BLN) Ditjen Dikti Depdikbud.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang mendapat amanah dari Prof Basri Hasanuddin, Rektor Unhas saat itu, langsung mengeksekusi pembentukan program D2 Perpustakaan tersebut. Ny Sarah Wirawan Mls sebagai Direktur UPT Perpustkaan, mengiyakan untuk dijadikan mitra kerja. Di hadapan 32 peserta program dilploma perpustakaan yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, Prof Basri mengatakan, mahasiswa yang mengikuti program itu dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi mana saja.
“Anda semua beruntung karena dapat mengikuti program ini, selesai di sini Anda bisa melanjutkan D3, bahkan ke jenjang S1, di perguruan tinggi manapun,”paparnya kala itu dikutip dari bundel identitas tahun 1992. Selain D2 Perpustakaan, ada pula pogram studi D3 pariwisata dan bahasa. Program D3 ini dulunya berada di bawah naungan Fakultas Sastra. Sekarang telah menjadi Fakultas Ilmu Budaya.
Politeknik Unhas
Bundel identitas edisi Kamis, 16 Januari 1992 menuliskan, Politeknik Unhas telah melebarkan sayap dengan membuka Politeknik Rekayasa Unhas. Saat itu Politeknik Rekayasa tengah menyusun persediaan tujuh jurusan baru. Kemudian akan menyusul Jurusan Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Energi, Teknik Listik, Teknik Kimia, dan Teknik Elektro. Bahkan di tahun ajaran 1992/1993, rencananya juga akan dibuka jurusan Tata Niaga. Jurusan tersebut terbagi menjadi dua konsentrasi yaitu Prodi Akuntasi dan Kesekratariatan.
Pimpinan Politeknik Rekayasa Unhas mengatakan, “Kondisi dunia usaha terutama dalam bidang industri dewasa ini, kian menuntut tersedianya tenaga-tenaga terampil dalam bidang tata niaga. Sudah saatnya tuntutan itu dijawab oleh politeknik yang notabene kurikulumnya berorientasi terhadap penciptaan tenaga kerja siap pakai dalam industri,”ujar Ir M Ramli MSC, Direktur Politeknik Rekayasa Unhas waktu itu.
Sebelumnya, beberapa kampus di Jawa dan Sumatera pun telah menyediakan program Tata Niaga, sebutlah Politeknik ITB Bandung, UI Jakarta, Undip Semarang, Unibraw Malang, dan USU Medan. Ramli juga menambahkan, di Indonesia Timur, Unhas lah yang pertama kali membuka jurusan tersebut. Menurutnya, industri tidak akan mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, tanpa dukungan tenaga yang andal dalam bidangnya.
Bidang yang dimaksudkan di sini, ialah tenaga terampil bidang akuntan dan sekreataris. Politeknik rekayasa Unhas sudah siap menerima calon mahasiswa baru Prodi Rekayasa dan Tata Niaga D3 pada pertengahan tahun 1992. Namun belum ada kejelasan mengenai jumlah mahasiswa yang bakal diterima.
D3 Kearsipan
Identitas, edisi Kamis, 12 November 1992 menuliskan bahwa Unhas membuka D3 Kearsipan. Program diploma tiga ini merupakan bentuk kerjasama antara Perwakilan Arsip Nasional Sulawesi Selatan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas. Prof Basri Hasanuddin, Rektor, kala itu meresmikan program studi ini di kantor Perwakilan Arsip Nasional Sulawesi Selatan, 9 November 1992. Dengan diresmikannya program ini, Unhas menjadi universitas kedua, setelah UI yang membuka program ini sejak 1983.
Dekan FISIP, Prof Sadly AD saat itu, melalui laporannya menargetkan program ini diikuti 25 utusan dari tingkat I dan tingkat II Sul-Sel khususnya, dan umumnya untuk kawasan Indonesia Timur. “Ada tiga orang utusan dari Papua, yang melapor akan ikut,” ujar Sadly. Untuk biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan, persemester dibayarkan sebesar 650 ribu rupiah. Program ini diselesaikan, minimal 3 tahun, dengan beban SKS berjumlah 120.
Nantinya, peserta yang mengikuti prrogram ini, memperoleh 40 persen teori dalam kelas. Dan sisanya, 60 persen, adalah praktik. Saat itu, peserta mengikuti kuliah di kantor Perwakilan Arsip Nasional Sulsel untuk sementara waktu.
Untuk pengajarnya sendiri berasal dari FISIP Unhas dan ada juga dari Lembaga Arsip Nasional Jakarta, serta Staf pengajar dari kantor Arsip Nasional Perwakilan Sulsel. Dengan adanya program ini, Sadly berharap pesertanya bisa menjadi tenaga kearsipan yang profesional. Harapan ini pun sejalan dengan pentingnya arsip bukan hanya dalam bidang administrasi, tetapi menjadi sumber sejarah nasional dan dunia. Kepala Perwakilan Arsip Nasional Sulsel, Drs Nur Basa mengatakan, di Jakarta tenaga kearsipan profesional masih dianggap kurang, apalagi yang di luar Jakarta.
Selain jurusan-jurusan di atas, ada pula Prodi D3 Pariwisata dan Bahasa. Program D3 ini dulunya berada di bawah naungan Fakultas Sastra yang sekarang telah menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Ada juga D3 jurusan Akuntansi, D3 Jurusan manajemen dan D3 jurusan Keuangan.
Fitri Ramadhani