Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) merayakan Dies Natalis ke-6 yang dirangkaian dengan Wisuda ke-8 pada Sabtu (30/11). Acara yang berlangsung di Aula Masjid Ilaiqal Mesir, Majene ini dihadiri Ketua Dewan Pembina Unsulbar (Prof Dr Basri Hasanuddin MA), Rektor Unsulbar (Dr Akhsan Djalaluddin), para Wakil Rektor, dekan Forum Pimpinan Daerah Sulawesi Barat, Bupati Majene, Ketua DPRD Majene, Wakil Bupati Polman, dan orang tua wisudawan.
Dalam Wisuda ke-8 ini, Unsulbar berhasil meluluskan 344 orang alumni dari delapan fakultas. Pada kesempatan tersebut, Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA membawakan Orasi Ilmiah berjudul, “Perguruan Tinggi dan SDM Unggul dalam Revolusi Industri 4.0”. Ia juga memaparkan realitas terjadinya perubahan unik melalui kecerdasan buatan, yang menjadikan sekat keilmuan semakin tipis.
Teknologi yang terus berkembang kini telah mencapai tahapan yang tidak pernah dibayangkan. Beberapa teknologi revolusioner yang telah massif dewasa ini adalah super komputer, super drones, 3D printing, rekayasa DNA, otomatisasi, dan teknologi wireless. Hal ini memberikan dampak besar pada tatanan masyarakat dan layanan yang diberikan.
“Kecerdasan buatan dalam pelayanan kesehatan, misalnya melalui Tele Medicine dan Tele-EKG yang dikembangkan oleh Unhas. Dengan teknologi ini, diagnosa penyakit dan pemeriksaan pasien dapat dilakukan oleh ahli-ahli di Unhas dengan pasien yang bisa berada dimana saja,” kata Prof Dwia dalam rilis yang diterima.
Banyak pihak yang menganggap bahwa kecedasan buatan atau artificial inteligence (AI) merupakan ancaman. Namun, menurut Prof Dwia, AI seharusnya dilihat sebagai mitra dalam menciptakan peluang-peluang baru, misalnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan, membantu kenyamanan hidup manusia. AI juga dapat disiapkan sebagai early sistem dalam mengelola hidup.
“SDM unggul pada masa depan harus menguasai setidaknya tiga hal, yang disebut sebagai 3M, yaitu material, mesin, dan model. Material mengacu pada data sebagai bahan untuk melakukan analisa, mesin merujuk pada komputer dan sistem komputasi, dan model merujuk pada jaringan online,” katanya.
Penguasaan terhadap hal-hal tersebut, kata Prof Dwia, membutuhkan SDM yang memiliki kemampuan analitik, kemampuan komunikasi, kemampuan rekayasa, kemampuan interpersonal, kemampuan bahasa, dan kemampuan operasional pada skala global.
“Di sinilah tugas perguruan tinggi menyiapkan SDM unggul tersebut. Kita tidak bisa lagi melakukan proses di kampus secara biasa-biasa saja. Seiring dengan revolusi industri 4.0, perguruan tinggi perlu melakukan transformasi dalam tujuan, struktur dan proses, serta dalam strategi,” papar Prof Dwia.
Lebih lanjut, ia memaparkan tentang transformasi yang dibutuhkan tersebut. Dalam hal tujuan, kampus seharusnya menyiapkan SDM yang memiliki karakter disrupter, semangat inventor, dan kreator. Dalam aspek struktur dan proses, proses pembelajaran di perguruan tinggi harus sinergi antara mahasiswa, dosen, lembaga, unit kerja, serta kepemimpinan.
Sementara dalam aspek strategi, perguruan tinggi perlu melakukan transformasi melalui sharing visi dan misi dengan para pemangku kepentingan, bekerja secara efektif, efisien dan produktif, serta melakukan aksi cepat dengan sistem yang terpandu.
“Transformasi ini mulai berjalan di beberapa kampus. Saya berharap, memasuki usia ke-6, Unsulbar dapat bersama-sama perguruan tinggi lain dalam gerakan bersama untuk menciptakan SDM unggul menyambut Indonesia Emas. Semoga Unsulbar semakin maju,” kata Prof Dwia di akhir orasinya.
Wandi Janwar