“Media sosial merayu dan memanipulasi karena menginginkan sesuatu darimu”
Skenario kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh teknologi. Teknologi yang ada saat ini ibarat pacuan kuda, kecepatan larinya terus bertambah di setiap periode peradaban. Perkembangan dari teknologi sangat berpengaruh pada kehidupan khalayak manusia. Setiap sektor kehidupan dimudahkan dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi media sosial. Namun siapa sangka, dibalik desain kemudahan yang ditawarkan, media sosial ternyata bisa menyebabkan ketergantungan sehingga merugikan penggunanya. Bukti nyata akan sisi gelap media sosial yang kita konsumsi sehari-hari dijabarkan dalam film “The Social Dilemma”.
Film dokumenter yang sarat akan pesan ini mengangkat narasi algoritma media sosial yang memanipulasi bagi penggunanya. Jeff Orlowski (sutradara) menayangkan interviu para mantan pendiri dan pengembang aplikasi media sosial. Mereka menjelaskan bagaimana cara sistem media sosial bekerja untuk melekatkan candu di kepala penggunanya.
“Aku ingin orang tahu, semua yang mereka lakukan di internet selalu diawasi, dilacak, dan diukur. Setiap tindakan yang mereka lakukan dipantau dan direkam dengan hati-hati,” ungkap Jeff Seibert, salah satu narasumber pada film ini yang sekaligus Former Executive Serial Tech Entrepreneur.
Tanpa sadar, Google yang selama ini hanya dikenal sebagai kotak pencarian dan Instagram untuk melihat kabar, teryata sengaja didesain untuk memikat perhatian penggunanya agar terpaku di layar selama mungkin. Sama halnya dengan aplikasi lainya seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, YouTube, mempunyai banyak informasi tentang penggunanya. Semua data yang dimasukkan ke sistem nyaris tidak lagi diawasi manusia. Sistem ini hanya terus memperbaiki dirinya, membuatprediksi yang semakin akurat tentang karakter, jati diri, serta apa yang dilakukan penggunanya. Mereka tahu saat orang kesepian, depresi, dan tahu apa yang dilakukan orang saat larut malam, mereka tahu semuanya.
Dalam film tersebut juga, memvisualisasikan secara sederhana mekanisme kecerdasan buatan meracuni penggunanya, sebagai model yang memprediksi tindakan seseorang. Seperti boneka voodoo yang menyerupai manusia. Setelah modelnya ada, mereka bisa dengan mudah memprediksi hal-hal lainya. Diggambarkan pula pengguna hanyalah zombie yang disuguhi iklan sesuai dengan situasi yang mereka hadapi, impresi iklan itulah yang membuat mereka dapat lebih banyak uang. Pengguna sering kali dikelabui dengan embel-embel aplikasi gratis, padahal pengiklanan membayar produk yang digunakan. Pengiklan adalah pelanggannya, atau dengan kata lain mereka menjual penggunanya.
“Pepatah klasiknya adalah ‘jika kau tak membayar produknya berarti kaulah produknya,’” ucap Tristan Harris, salah seorang pendiri dan presiden Center of Humane Technology yang sempat menghabiskan waktunya selama tiga tahun sebagai Ahli Etika Desain Google.
Para mantan penemu dan pengembang teknologi media sosial dalam film ini mengakui, telah tercipta dunia tempat koneksi daring menjadi hal utama, khususnya bagi generasi muda. Penyematan penipuan dan kelicikan di tengah-tengah bisnis yang terus beroperasi, ditenagai oleh algoritma yang bertujuan mencari tahu apa yang harus ditunjukkan agar grafik pengguna terus meningkat. Mereka mengeksploitasi kelemahan dalam psikologi manusia. Meskipun mereka memahami ini secara sadar, tetapi mereka tetap melakukannya.
Di samping penjelasan dari para mantan pembuat dan pengembang teknologi serta pakar, film ini juga menampilkan dramatisasi dampak negatif dari media sosial. Polarisasi politik yang semakin memecah belah, mudahnya manusia termakan informasi palsu, sampai bisa menyebabkan depresi, bahkan bunuh diri. Di era ini kebohongan menyebar lebih cepat menciptakan era yang penuh disinformasi. Hal ini akan semakin bertambah buruk jika tidak ada hukum yang jelas dan tegas dalam mengatur perusahaan media sosial.
Meskipun film ini lebih dominan disuguhkan narasi dari pada adegannya, namun apa yang ingin disampaikan oleh Jeff Orlowski dalam film ini sangat jelas dipahami (on point). Rasa cemas mungkin akan menghantui setelah menonton film ini. Tidak serta merta membahas sisi gelap dari teknologi media sosial saja, tetapi ditunjukkan juga bagaimana para mantan penemu dan pengembang teknologi ini merasa khawatir akan apa yang nantinya terjadi di masa mendatang. Hal itu membuat mereka terus memikirkan solusi atas apa yang dapat meredam permasalahan ini.
Di akhir film, para narasumber yang bersaksi mengatakan, mereka tidak membenci atau pun ingin merugikan Google atau Facebook. Tetapi hanya ingin mengingatkan mereka agar tidak menghancurkan dunia. Mereka membeberkan telah menghapus banyak aplikasi sosial media dan berita yang menyita waktu dari gawai mereka, mematikan semua notifikasi, serta tidak menggunakan Google lagi tetapi Qwant yang tidak menyimpan riwayat pencarian. Mereka juga berpesan, jangan pernah menerima video rekomendasi di YouTube, harus selalu memilih, karena ini cara melawan. Ada banyak terdapat ekstensi Chrome yang dapat menghapus rekomendasi.
Data Film
Judul: The Social Dilemma
Sutradara: Jeff Orlowski
Produksi: Larissa Rhodes
Durasi: 1 jam 34 menit
Tanggal Rilis: 9 September 2020
Winona Vanessa HN
Baca Juga : Dilema Cinta dan Persahabatan