Mendengar kata dangdut, tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita. Beberapa tahun terakhir, musik asli Indonesia ini kembali menghangat di telinga masyarakat. Bukan tanpa sebab, sebuah siaran televisi nasional membuat program kompetisi dangdut bernama “Dangdut Academy”.
Di sinilah awal mula dangdut bangkit kembali. Saat itu, Ati Kodong dan Lesti, masing-masing berhasil menjadi runner up dan winner. Di tahun kedua kompetisi dangdut ini digelar, Evi Masamba yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel) juga berhasil menjadi pemenang.
Hingga saat ini, kompetisi dangdut tersebut masih berlangsung dan berganti nama menjadi “Liga Dangdut”. Tak hanya masyarakat Indonesia, beberapa negara tetangga juga mengutus pasukan dangdutnya untuk berkiprah di kompetisi ini. Misalnya saja Jirayut yang berasal dari Negeri Gajah Putih, Thailand.
Namun, bukan ini yang saya ingin bahas. Melainkan sebagian pemuda penikmat dangdut. Yah, bagi kami sang penikmat dangdut, ketika mendengar alunan musiknya seperti ingin rasanya berdendang dan badan seakan ikut bergoyang. Di balik itu semua, ternyata masih ada saja orang yang memandang sebelah mata sang pecinta musik legendaris ini.
Sebuah kasus yang dialami Andi, Mahasiswa Fisika Unhas yang suka mendengar bahkan melantunkan nyanyian dangdut. Ketika mengerjakan tugas, ia selalu memutar musik kesukaannya tersebut. Tetapi, ada saja temannya yang iseng menegur dan berkata, “dangdut lagi… dangdut lagi”!
Sepintas, hal itu hanya sekedar candaan semata. Andi pun menanggapi hal itu dengan biasa saja. Ia menganggap teguran itu hanya gurauan untuknya. Lambat laun, setiap Andi memutar lagu dangdut, teman-temannya selalu mengucapkan kata itu. Bahkan salah seorang senior pernah mengatainya, “Makanya jangan dangdut terus, belajarko mendesain”.
Seketika itu, Andi seakan tertampar oleh ucapan seniornya. Di sisi lain, ini juga merupakan nutrisi bagi Andi untuk dapat berkembang. Tak hanya itu, teman kelasnya pun sering kali meledek Andi ketika sedang bernyanyi dangdut.
Muncul pertanyaan di benak Andi,” Salahkah saya jika menyukai lagu dangdut? Apakah hanya lagu barat yang dianggap keren? Hal itu sempat membuatnya minder dari kawan sebayanya.
Tetapi, bukan Andi namanya jika terlarut dalam perasaan itu. Hanya butuh beberapa jam saja Andi sudah melupakan ledekan temannya. Kendati demikian, secara tidak langsung Andi telah mengalami tindakan bullying.
Menurut Olweus (2005), tindakan yang dialami oleh Andi tersebut adalah salah satu aksi bullying. Lembaga ini mendefinisakan, tindakan bullying adalah sebuah perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang, dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya, dengan mudah atau sebagai sebuah penyalahgunaan kekuasaan/kekeraan secara sistematik.
Pesan yang dapat diambil dari cerita singkat tersebut adalah biarkanlah orang lain menikmati dunianya sendiri. Mungkin hal ini terdengar sepele, tetapi mengomentari hobi seseorang bisa jadi membuatnya risih. Bebaskanlah mereka mengepresikan diri, dan jangan sampai kita mencela dan menggunjingnya.
Penulis : Wandi Janwar,
Redaktur PK Identitas Unhas,
Mahasiswa Jurusan Fisika, FMIPA Unhas