Sajak-sajak ini tak terima
Ada kata yang tak ingin diam
Melihat dusta dan semesta berkompromi
Di laut sana… mereka bersuara lantang tentang Natuna
Kami pun akan berteriak lantang demi bangsa
Kami tak terima…
Melihat daulat disilat lidah
Ada api suara yang panas
Meski ini musim hujan
Meski memperdebatkan tentang lautan
Kata-kata tak akan diam di daratan melihat daulat kita menjilat
Ada pesan yang kami hantar lewat ombak yang bersahut-sahutan
Kami menggugat…
Sahabat?
Itu investasi politik yang ditanam
Akan berbuah jika disiram
Namun akan hangus ketika di sulut api
Investasi tak akan menjadi rumah
Harga dirilah yang membuat kita hidup
Kami menentang…
Bukan menantang
Kami meronta karena merekalah yang meminta
Kami toleran namun punya batasan
Natuna tak hanya sekadar milik
Ia harga diri
Kataku menentang walau karang kami tetap garang
Ini puisi…
Puisi yang tiap katanya berbaur alami
Kalimatnya adalah perisai-perisai teguh pemuda
Bait-baitnya akan bersuara
Lebih lantang dan lebih garang
Tak akan surut
Apalagi takut
Penulis : Andriansyah Rahman,
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Angkatan 2018